Pondasi Literasi Digital
Literasi Digital sebagai Pondasi Kurikulum Koding dan AI

By Iqbaal Harits 07 Okt 2025, 16:26:54 WIB Opini
Pondasi Literasi Digital

Wacana pengenalan kurikulum Artificial Intelligence (AI) dan coding di jenjang sekolah dasar belakangan ini kian ramai diperbincangkan. Langkah ini secara fundamental memiliki tujuan yang baik, yakni menyiapkan generasi muda sejak dini agar adaptif dan siap menghadapi tantangan era digital. Namun, dalam semangat mengejar kemajuan teknologi ini, ada satu elemen mendasar yang riskan terlewatkan atau dianggap sepele, pondasi literasi digital yang kokoh di tingkat pendidikan dasar.

Sangat penting bagi kita untuk bersikap jujur mengenai kondisi di lapangan. Kebanyakan siswa, guru, dan bahkan orang tua di tingkat dasar saat ini belum memiliki pemahaman literasi digital secara utuh. Literasi digital sering kali disalahpahami sekadar kemampuan teknis untuk mengoperasikan perangkat atau menggunakan aplikasi. Padahal, cakupannya jauh lebih luas. Literasi digital sejati mencakup kemampuan berpikir kritis terhadap informasi digital, pemahaman mengenai etika berinternet, kesadaran akan keamanan data pribadi, serta pemahaman mendalam tentang dampak sosial dari teknologi yang digunakan.

Tanpa fondasi pemahaman digital yang kuat ini, pengenalan dini terhadap AI dan coding justru berpotensi besar menghasilkan "pengguna yang canggih secara teknis, tetapi miskin kebijaksanaan digital." Anak-anak mungkin akan mahir dalam membuat program sederhana atau menggunakan tools berbasis AI, namun mereka minim kemampuan untuk menilai validitas informasi online, melindungi privasi mereka dari ancaman siber, atau menghormati hak cipta digital. Akibatnya, alih-alih menutup kesenjangan digital, pendidikan teknologi yang terburu-buru malah berpotensi menciptakan masalah etika dan sosial baru di masa depan.

Baca Lainnya :

Pendekatan yang ideal menuntut penerapan kurikulum AI dan coding dilakukan secara bertahap dan terstruktur, dimulai dari penguatan dasar-dasar literasi digital. Fase awal pendidikan teknologi seharusnya difokuskan pada pengajaran yang menekankan aspek etika dan keamanan digital, serta logika berpikir komputasional sederhana bukan pada syntax pemrograman yang kompleks. Logika ini penting untuk melatih kemampuan pemecahan masalah (problem-solving) anak.

Dengan memastikan anak-anak terlebih dahulu diajarkan "cara bersikap dan berpikir di dunia digital" yang aman dan bertanggung jawab, barulah mereka siap untuk memasuki tahap yang lebih teknis seperti logika pemrograman dan dasar-dasar AI. Kerangka berpikir ini akan menanamkan kesadaran bahwa teknologi adalah alat berkekuatan ganda yang harus digunakan dengan tanggung jawab penuh, bukan sekadar sarana untuk bersenang-senang atau mendapatkan informasi instan.

Oleh karena itu, para pemangku kepentingan pendidikan perlu menahan diri dari godaan untuk langsung mengejar tren kurikulum teknologi tanpa memperhatikan kesiapan dasar peserta didik. Investasi waktu dan sumber daya pada penguatan literasi digital dasar di tingkat SD merupakan langkah strategis yang lebih penting. Hal ini memastikan bahwa teknologi, seperti AI dan coding, tidak hanya diajarkan sebagai keterampilan teknis, tetapi sebagai bagian dari pendidikan karakter digital yang utuh.

Pada akhirnya, tujuan pendidikan digital yang sesungguhnya bukanlah sekadar mencetak lulusan yang piawai membuat kode. Tujuan utamanya adalah membentuk generasi yang cerdas, kreatif, dan bijak dalam memanfaatkan teknologi. Jika fondasi literasi digital sudah kuat, integrasi kurikulum AI dan coding akan menjadi gerbang kemajuan yang solid dan berkelanjutan, bukan sekadar respons reaktif terhadap perkembangan teknologi global.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment