Mengukir Kedaulatan Siber Menuju Indonesia Emas 2045
Sudah Saatnya Pemuda Masa kini Memperbarui Sumpahnya

By Iqbaal Harits 28 Okt 2025, 12:08:11 WIB Opini
Mengukir Kedaulatan Siber Menuju Indonesia Emas 2045

Keterangan Gambar : Iqbaal Harits Maulana, Sekretaris Lembaga Kajian Origami Nusantara


Setiap 28 Oktober, Sumpah Pemuda dikenang bukan sekadar sebagai ritual nostalgia, melainkan sebagai blueprint persatuan yang telah melampaui batas suku, agama, dan bahasa demi mewujudkan satu tanah air bernama Indonesia. Janji suci tahun 1928 itu adalah ikrar pemuda untuk menyatukan perbedaan demi mencapai kemerdekaan fisik. Hari ini, 97 tahun kemudian, medan perjuangan pemuda telah bergeser, bukan lagi melawan penjajah bersenjata, melainkan menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0 dan mempersiapkan diri menyongsong visi besar Indonesia Emas 2045, di mana Indonesia diproyeksikan menjadi salah satu kekuatan ekonomi besar di dunia.

 

Kunci menuju Indonesia Emas 2045 adalah kemampuan bangsa ini memanfaatkan bonus demografi dengan menguasai teknologi dan membangun kualitas sumber daya manusia yang adaptif. Di sinilah relevansi Sumpah Pemuda diuji. Revolusi Industri 4.0 yang didorong oleh Kecerdasan Buatan (AI), Big Data, dan konektivitas massif menawarkan peluang inovasi tanpa batas, namun sekaligus menyajikan ancaman serius berupa disrupsi lapangan kerja, kesenjangan digital yang semakin lebar, dan yang paling mengkhawatirkan, fragmentasi sosial yang diakibatkan oleh penyebaran disinformasi dan polarisasi di ruang digital. Jika di tahun 1928 ancaman persatuan datang dari politik kolonial, kini ancaman itu merambat melalui signal, kabel optik dan algoritma media sosial.

Baca Lainnya :

 

Oleh karena itu, semangat persatuan yang diikrarkan para pendahulu harus diaktualisasikan menjadi kedaulatan digital. Pemuda tidak cukup hanya menjadi pengguna pasif, tetapi harus bertransformasi menjadi digital leaders dan digital creators. Mereka wajib memiliki tidak hanya literasi teknologi, melainkan juga etika digital yang kuat, kemampuan memilah informasi, serta kesadaran akan pentingnya keamanan siber. Kolaborasi lintas ilmu   menggabungkan soft skill dari ilmu sosial dengan hard skill teknologi   adalah mata uang baru yang harus dikuasai untuk menciptakan solusi inovatif, bukan sekadar menggali masalah. Mengabaikan hal ini berarti membiarkan Indonesia Emas 2045 hanya menjadi utopia yang gagal dicapai karena generasi mudanya terperosok dalam jurang ketimpangan dan perpecahan virtual.

 

Dalam konteks inilah, para pemuda Indonesia membutuhkan sebuah ikrar baru, sebuah janji yang disesuaikan dengan tantangan zaman. Jika Sumpah Pemuda 1928 meneguhkan kesatuan fisik, maka janji modern ini harus berfokus pada kesatuan moral dan keamanan siber yang menjamin ruang digital sebagai tempat yang nyaman dan beradab. Inilah saatnya untuk mendeklarasikan Sumpah Pemuda 4.0 sebagai pedoman moral di era yang didominasi oleh data dan konektivitas.

 

Kami, Pemuda dan Pemudi Indonesia, menyadari tantangan dan peluang era digital, berikrar:

 

Kami, Pemuda dan Pemudi Indonesia, Bertanah Air Satu, Tanah Air Digital Indonesia, Menjaga Ruang Siber dari ancaman disinformasi, kebencian, dan segala bentuk disrupsi yang merusak persatuan dan kedaulatan bangsa.

 

Kami, Pemuda dan Pemudi Indonesia, Berbangsa Satu, Bangsa yang Cerdas dan Beretika Digital, Mengembangkan Kompetensi dan Inovasi Teknologi untuk mewujudkan pemerataan, keadilan, dan kemajuan menuju Indonesia Emas 2045.

 

Kami, Pemuda dan Pemudi Indonesia, Menjunjung Tinggi Bahasa Persatuan, Bahasa Digital yang Beradab, Mengutamakan Keamanan dan Kenyamanan Ruang Digital bagi seluruh warga negara, serta berkomitmen melindungi data pribadi sebagai hak asasi manusia dalam ekosistem digital.

 

Ikrar ini bukan sekadar kalimat indah, melainkan komitmen aksi. Sumpah Pemuda 4.0 adalah janji untuk menjaga 'tanah air' virtual dari polusi informasi dan serangan siber, janji untuk memanfaatkan 'bangsa' yang cerdas secara kolektif untuk inovasi, serta janji untuk menggunakan 'bahasa' digital yang menjunjung adab dan melindungi privasi. Hanya dengan menanamkan kesadaran kolektif bahwa kedaulatan digital adalah kedaulatan bangsa, pemuda Indonesia akan benar-benar siap menjadi motor penggerak yang mengantarkan Indonesia keluar dari jebakan pendapatan menengah, dan berdiri tegak sebagai bangsa maju, berdaulat, aman, dan inklusif pada tahun 2045. Semangat 1928 harus menjadi daya dorong untuk mengukir jejak digital yang mempersatukan, bukan memecah belah.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment