- Wajah Pendidikan Indonesia
- Mengukir Kedaulatan Siber Menuju Indonesia Emas 2045
- Resolusi Jihad Santri Abad 21 Menuju Peradaban Dunia
- Pendidikan Penyelamat Lingkungan
- Awas!! Jaga kETIKAnmu
- Pendidikan Menajamkan Nalar Kritis
- Menjadi Generasi Cakap Digital
- Pondasi Literasi Digital
- Sudut Pandang Lain Penggunaan Chromebook
- Tantangan Pendidikan di Kabupaten Tegal
Pendidikan Penyelamat Lingkungan
Pendidikan Sebagai Penyelamat Lingkungan
.jpg)
Keterangan Gambar : Muhamad Dhofier, Direktur Kajian Akademis Origami Nusantara
Dekade
belakangan ini isu perubahan iklim, ancaman kemerosotan ekologi, wabah, dan
lain sebagainya menjadi isu dan tantangan kita ke depan. Beban bumi semakin
berat akibat kemajuan teknologi yang memicu manusia mengeksploitasi seluruh
potensi di dalamnya, juga residu atas pemanfaatan yang kurang bijak.
Misalnya
saja musibah banjir, wilayah-wilayah yang dulu tak pernah mengalami banjir
sekarang mulai terkena banjir bila curah hujan tinggi. Kota seperti Jakarta tak
perlu ditanya, letak geografinya yang sulit keluar dari ancaman banjir ditambah
sejumlah aktivitas manusia yang semakin padat dan abai terhadap sampah
memperparah apabila bencana banjir tiba.
Baca Lainnya :
- Awas!! Jaga kETIKAnmu0
- Pendidikan Menajamkan Nalar Kritis0
- Menjadi Generasi Cakap Digital0
- Pondasi Literasi Digital0
- Sudut Pandang Lain Penggunaan Chromebook0
Contoh
lain misalnya, kualitas udara di kota-kota besar menunjukkan kualitas yang
semakin menurun. Kenaikan suhu udara setiap tahun menjadi dampak yang apabila
tak segera diantisipasi, anak-anak kita esok mewarisi kondisi yang kurang
menguntungkan.
Tak
ada tawaran untuk tidak mensenyawakan pemahaman ekologi ke dalam pendidikan.
Kita ketahui bahkan, peternakan secara global telah menyumbang emisi gas yang
memicu pemanasan global sebesar 15 persen. Apa maknanya? Peternakan yang secara
teknis semua serba alami dan diasumsikan mampu menjaga tanah untuk mengimbangi
pupuk kimia, rupanya dalam kaca mata global malah merusak lingkungan dengan
mengembuskan panas.
Artinya
pula, di waktu yang akan datang, tanpa kendali dan terobosan yang bisa
meminimalisir potensi perusakan alam, dunia yang kita tinggali akan tidak
baik-baik saja. Tentang kebutuhan daging, sejumlah negara dan perusahaan telah
mengembangkan produksi daging tanpa melalui kandang ternak melainkan
dikembangkan di dalam laboratorium. Daging sintesis yang dikembangkan di dalam
laboratorium ini ditengarai lebih berkualitas ketimbang daging yang berasal
dari peternakan.
Di
negara kita, sebagai bangsa yang relijius, produksi daging yang dikembangkan di
dalam laboratorium ini akan menuai banyak kontroversi. Jika benar bahwa
peternakan secara global telah menyumbang panas yang membahayakan bagi
keseimbangan dan lestarinya kehidupan, maka mau tak mau kita perlu terobosan
sistem peternakan yang meminimalisir efek negatifnya atau membuat kajian
mendalam terkait pengembangan daging laboratorium mengenai kemungkinan untuk
pemanfaatannya.
Pada
intinya, penulis ingin menekankan bahwa di masa depan, kondisi bumi yang kita
pijaki ini sedang menanggung beban tak terperikan. Ancaman bencana alam yang
dahsyat bukanlah sesuatu yang mustahil. Dari sekarang, kita mesti memulai
berkampanye soal perubahan iklim yang nyata di depan mata. Kampanye yang paling
penting, di samping soal kebijakan pemerintah, adalah pendidikan ekologi yang
perlu digalakkan.
Kita
harus mendorong generasi muda agar terus berinovasi dalam berbagai bidang
dengan menyertakan isu ekologi sebagai ruh dalam temuan-temuan baru. Anak Gen-Z
sudah sewajarnya mengambil peran, paling tidak memiliki wawasan tentang
kelestarian lingkungan yang melatari caranya berpikir mengenai hal tertentu.
Untuk
itu, literasi yang juga perlu dikumandangkan bukan saja melulu soal literasi
digital melainkan juga terkait literasi ekologi. Pendidikan perlu memberikan
proporsi kurikulum yang berbicara banyak mengenai penyelamatan planet bumi ini.
Apabila
pendidikan ekologi bukan menjadi agenda arus utama, bukan tak mungkin bahwa
ancaman berbagai jenis wabah membahayakan akan datang silih berganti. Hari ini
kita baru saja pulih dari pandemi Covid-19. Ke depan, mutasi virus sejenis
perlu diwaspadai. Kesadaran akan perlunya hidup bersih dan sehat merupakan
keharusan yang tak bisa ditawar. Dan kesadaran semacam itu lahir dari proses
pendidikan pada generasi muda.
Kita
bangsa Indonesia sungguh beruntung, negeri yang dikenal sebagai potongan surga
ini berada pada wilayah yang tak terlalu dingin, juga tak pernah mengalami
ekstrim panas. Tapi kita mesti ingat, luas area hutan yang semakin tergerus
oleh desakan kebutuhan pangan yang semakin tinggi perlu segera dicegah. Hanya
inovasi teknologi ramah lingkungan yang kita harapkan lahir dari pemikiran
anak-anak muda yang kreatif.
Yang paling efektif tentu saja peran serta anak-anak muda melalui sejumlah inovasi yang dikembangkan. Dan sudah pasti, anak-anak muda kreatif yang peduli lingkungan lahir dari sistem pendidikan yang juga berorientasi pada isu yang berhubungan dengan penyelamatan dan perawatan terhadap planet bumi kita ini.
.png)


.jpg)
.jpg)


