Pendidikan Penyelamat Lingkungan
Pendidikan Sebagai Penyelamat Lingkungan

By Iqbaal Harits 16 Okt 2025, 14:49:23 WIB Pendidikan
Pendidikan Penyelamat Lingkungan

Keterangan Gambar : Muhamad Dhofier, Direktur Kajian Akademis Origami Nusantara


Dekade belakangan ini isu perubahan iklim, ancaman kemerosotan ekologi, wabah, dan lain sebagainya menjadi isu dan tantangan kita ke depan. Beban bumi semakin berat akibat kemajuan teknologi yang memicu manusia mengeksploitasi seluruh potensi di dalamnya, juga residu atas pemanfaatan yang kurang bijak.

 

Misalnya saja musibah banjir, wilayah-wilayah yang dulu tak pernah mengalami banjir sekarang mulai terkena banjir bila curah hujan tinggi. Kota seperti Jakarta tak perlu ditanya, letak geografinya yang sulit keluar dari ancaman banjir ditambah sejumlah aktivitas manusia yang semakin padat dan abai terhadap sampah memperparah apabila bencana banjir tiba.

Baca Lainnya :

 

Contoh lain misalnya, kualitas udara di kota-kota besar menunjukkan kualitas yang semakin menurun. Kenaikan suhu udara setiap tahun menjadi dampak yang apabila tak segera diantisipasi, anak-anak kita esok mewarisi kondisi yang kurang menguntungkan.

 

Tak ada tawaran untuk tidak mensenyawakan pemahaman ekologi ke dalam pendidikan. Kita ketahui bahkan, peternakan secara global telah menyumbang emisi gas yang memicu pemanasan global sebesar 15 persen. Apa maknanya? Peternakan yang secara teknis semua serba alami dan diasumsikan mampu menjaga tanah untuk mengimbangi pupuk kimia, rupanya dalam kaca mata global malah merusak lingkungan dengan mengembuskan panas.

 

Artinya pula, di waktu yang akan datang, tanpa kendali dan terobosan yang bisa meminimalisir potensi perusakan alam, dunia yang kita tinggali akan tidak baik-baik saja. Tentang kebutuhan daging, sejumlah negara dan perusahaan telah mengembangkan produksi daging tanpa melalui kandang ternak melainkan dikembangkan di dalam laboratorium. Daging sintesis yang dikembangkan di dalam laboratorium ini ditengarai lebih berkualitas ketimbang daging yang berasal dari peternakan.

 

Di negara kita, sebagai bangsa yang relijius, produksi daging yang dikembangkan di dalam laboratorium ini akan menuai banyak kontroversi. Jika benar bahwa peternakan secara global telah menyumbang panas yang membahayakan bagi keseimbangan dan lestarinya kehidupan, maka mau tak mau kita perlu terobosan sistem peternakan yang meminimalisir efek negatifnya atau membuat kajian mendalam terkait pengembangan daging laboratorium mengenai kemungkinan untuk pemanfaatannya.

 

Pada intinya, penulis ingin menekankan bahwa di masa depan, kondisi bumi yang kita pijaki ini sedang menanggung beban tak terperikan. Ancaman bencana alam yang dahsyat bukanlah sesuatu yang mustahil. Dari sekarang, kita mesti memulai berkampanye soal perubahan iklim yang nyata di depan mata. Kampanye yang paling penting, di samping soal kebijakan pemerintah, adalah pendidikan ekologi yang perlu digalakkan.

 

Kita harus mendorong generasi muda agar terus berinovasi dalam berbagai bidang dengan menyertakan isu ekologi sebagai ruh dalam temuan-temuan baru. Anak Gen-Z sudah sewajarnya mengambil peran, paling tidak memiliki wawasan tentang kelestarian lingkungan yang melatari caranya berpikir mengenai hal tertentu.

 

Untuk itu, literasi yang juga perlu dikumandangkan bukan saja melulu soal literasi digital melainkan juga terkait literasi ekologi. Pendidikan perlu memberikan proporsi kurikulum yang berbicara banyak mengenai penyelamatan planet bumi ini.

 

Apabila pendidikan ekologi bukan menjadi agenda arus utama, bukan tak mungkin bahwa ancaman berbagai jenis wabah membahayakan akan datang silih berganti. Hari ini kita baru saja pulih dari pandemi Covid-19. Ke depan, mutasi virus sejenis perlu diwaspadai. Kesadaran akan perlunya hidup bersih dan sehat merupakan keharusan yang tak bisa ditawar. Dan kesadaran semacam itu lahir dari proses pendidikan pada generasi muda.

 

Kita bangsa Indonesia sungguh beruntung, negeri yang dikenal sebagai potongan surga ini berada pada wilayah yang tak terlalu dingin, juga tak pernah mengalami ekstrim panas. Tapi kita mesti ingat, luas area hutan yang semakin tergerus oleh desakan kebutuhan pangan yang semakin tinggi perlu segera dicegah. Hanya inovasi teknologi ramah lingkungan yang kita harapkan lahir dari pemikiran anak-anak muda yang kreatif.

 

Yang paling efektif tentu saja peran serta anak-anak muda melalui sejumlah inovasi yang dikembangkan. Dan sudah pasti, anak-anak muda kreatif yang peduli lingkungan lahir dari sistem pendidikan yang juga berorientasi pada isu yang berhubungan dengan penyelamatan dan perawatan terhadap planet bumi kita ini.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment