Menjadi Generasi Cakap Digital
1/4 Pilar Literasi Digital, Bagaimana Menjadi Generasi yang Benar-Benar \"Cakap Digital\"

By Iqbaal Harits 08 Okt 2025, 08:05:34 WIB Literasi Digital
Menjadi Generasi Cakap Digital

Keterangan Gambar : Iqbaal Harits Maulana, Sekretaris Lembaga Kajian Origami Nusantara


Selamat datang di era di mana jemari kita terhubung langsung dengan jagat raya informasi, sebuah zaman yang melipat jarak dan waktu hanya dalam satu ketukan layar. Kita semua sudah berada di dalamnya, mengarungi lautan data setiap hari, dari pagi hingga kembali larut malam. Namun, seberapa jauh kita benar-benar memahami peta lautan ini? Apakah kita hanya sekadar penumpang yang terbawa arus, atau nahkoda yang cekatan mengendalikan layar dan kompas? Seri artikel ini hadir bukan untuk menggurui, melainkan mengajak Anda berpetualang, memahami fondasi paling penting dalam kehidupan modern: Literasi Digital. Mari kita bongkar satu per satu pilar utama yang akan mengubah Anda dari pengguna pasif menjadi warga digital yang cerdas, aman, dan berdaya. Persiapkan diri Anda, karena perjalanan kita dimulai dari kemampuan paling dasar yang sering kita anggap remeh, yaitu Cakap Digital.

 

Coba jujur, siapa di sini yang sehari-hari tidak lepas dari smartphone? Mulai dari bangun tidur, mengecek notifikasi, bekerja, sampai pesan makan malam, semua lewat layar. Kita semua merasa sudah akrab, bahkan mungkin sangat ahli, dengan teknologi digital. Kita bisa scroll cepat, multitasking antaraplikasi, dan tahu mana tombol yang harus dipencet. Tapi, pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya: Apakah saya benar-benar "cakap digital"?

Baca Lainnya :

Inilah inti dari pilar pertama dalam Literasi Digital: Cakap Digital atau Digital Skills. Konsep ini sering dianggap remeh. Banyak orang mengira, selama bisa mengoperasikan WhatsApp, TikTok, atau membuat dokumen di laptop, itu sudah cukup. Padahal, "cakap" di sini punya makna yang jauh lebih dalam.

 

Bayangkan gadget Anda sebagai sebuah mobil baru. Anda mungkin tahu cara menghidupkannya dan menginjak gas. Itu adalah kemampuan dasar. Namun, seorang pengemudi yang cakap tidak hanya tahu itu. Ia mengerti fungsi semua tombol di dasbor, tahu cara merawat mesin agar tidak mogok di tengah jalan, menguasai berbagai rute, dan bisa menggunakan GPS dengan efektif untuk mencapai tujuan yang paling efisien. Begitu juga di dunia maya. Cakap digital berarti memiliki kemampuan teknis untuk memahami dan menggunakan perangkat keras, perangkat lunak, dan aplikasi yang relevan dalam kehidupan sehari-hari secara kritis dan produktif.

 

Dari Konsumen Pasif Menuju Pengendali Teknologi

Seseorang yang hanya menjadi pengguna biasa cenderung hanya memakai aplikasi yang sudah ada: mengirim email, mengunggah foto, dan mencari informasi di Google, tapi seringkali hanya mengklik tautan pertama tanpa membandingkan. Sebaliknya, Pengguna Cakap Digital tahu cara mengoptimalkan mesin pencari untuk mendapatkan hasil yang paling valid dan terpercaya. Ia bisa membandingkan aplikasi mana yang paling aman dan efisien untuk tugas tertentu. Bahkan, ia mungkin bisa menciptakan konten sederhana, mengolah data, atau menggunakan tools digital untuk memecahkan masalah. Kecakapan ini mengajak kita untuk bergerak dari konsumen pasif menjadi kreator dan pemecah masalah yang produktif.

Mengapa kecakapan ini menjadi sangat mendesak? Karena tanpa fondasi teknis yang kuat, kita rentan terhadap bahaya di ruang digital, membuat teknologi menjadi senjata makan tuan. Pernah dengar cerita penipuan yang meminta korban mengklik tautan mencurigakan atau menginstal aplikasi dari sumber yang tidak jelas? Inilah contoh nyata di mana minimnya kecakapan digital menjadi celah. Seseorang yang cakap digital tahu betul perbedaan antara situs web resmi dan phishing yang berkedok. Mereka mengerti pentingnya autentikasi dua faktor, tahu cara mengatur privasi di media sosial, dan tidak sembarangan memberikan izin akses pada aplikasi yang baru diunduh.

 

Kecakapan digital bukan hanya soal kecepatan mengetik atau scrolling cepat, tapi juga tentang kesadaran akan cara kerja teknologi itu sendiri, baik dari sisi manfaat maupun risikonya. Jika kita tidak menguasai "alat" kita, alat itu yang justru akan menguasai kita, membuka pintu bagi kejahatan siber atau membuat kita tenggelam dalam banjir informasi palsu.

 

Membangun Fondasi Diri di Era Digital

Menjadi "Generasi Cakap Digital" bukanlah hal yang sulit, asalkan ada kemauan. Kita bisa mulai dengan hal-hal sederhana: jangan takut dengan menu 'Settings' di ponsel atau laptop, pahami pengaturan keamanan dan privasi di sana. Kemudian, pilih aplikasi secara kritis; cek izin akses apa yang diminta aplikasi tersebut, misalnya mengapa aplikasi senter harus meminta akses ke kontak dan galeri Anda? Terakhir, manfaatkan tools produktivitas di luar media sosial. Coba pelajari fungsi-fungsi dasar pada aplikasi pengolah data atau tools desain grafis sederhana. Anda akan kagum betapa banyak masalah sehari-hari yang bisa diatasi dengan kecakapan teknis kecil ini.

 

Pada akhirnya, literasi digital dengan pilar Cakap Digital adalah jembatan menuju masa depan yang lebih cerah. Ini adalah kunci yang memungkinkan kita memanfaatkan potensi teknologi secara penuh, bukan hanya sebagai hiburan, melainkan sebagai kekuatan untuk membangun, berkarya, dan melindungi diri di tengah hiruk pikuk rimba digital. Jangan puas hanya dengan bisa scroll; mari kita tingkatkan kemampuan kita agar benar-benar menjadi warga digital yang cerdas dan berdaya.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment